Selasa, 30 Maret 2010

KTI PENGETAHUAN IBU TERHADAP IMUNISASI PADA BAYI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Selama dalam proses tumbuh kembang, memerlukan asupan gizi yang adekuat penanaman nilai agama dan budaya, pembiasaan disiplin yang konsisten dan upaya pencegahan penyakit. Salah satu upaya pencegahan penyakit, yaitu melalui pemberian imunisasi, pemahaman tentang imunisasi diperlukan sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan terutama pada anak sehat dan konsep imunisasi pada saat merawat anak sakit, khususnya tuberkolosis, difteri , pertusis, tetanus, folio, campak, dan hepatitis PD31 ( Yupi Supartini, 2004 )
menunjukkan bahwa setiap tahunnya didunia terdpat 1,5 juta kematian bayi berusia 1 minggu dan 1, 4 juta bayi lahir mati (Tinker, 1997 dalam WHO- Depkes FKMUI, 1998) akibat tidak mendapatkan imunisasi.
(http//www.google.com diakses 29 September 2007).
berdasarkan data dari departemen AS, stastistik menunjukkan penurunan penyakit dan kematian. Misalnya saja pada tahun 1936 – 1945 lebih dari 21.000 orang terinfeksi difteri dan menelan koraban jiwa 1.800 orang tiap tahunnya. Namun kasus penyakit ini sudah tidak ditemukan lagi pada tahun 2006.
Antara tahun 1953 dan 1962, lebih dari 500.000 orang menderita cacar air tiap tahunnya dan 440 orang meninggal karenanya. Ditahun 2006 hanya ada 55 kasus penyakit cacar air ditemukan penurunan kasus penyakit gondok mencapai 95, 9 % tetanus 92, 9 % dan penyakit pertusis turun 92, 2 %. Kematian akibat tetanus dan pertusis menurun hingga 99 %. (http://www. google.co.id 2006).
Data yang ada menyebutkan kematian akibat campak di dunia yang dilaporkan pada tahun 2002 mencapai 777.000 orang, 202.000 diantaranya berasal dari ASEAN, serta 15 % kematian akibat campak berasal dari Indonesia. Setiap tahun diperkirakan 30.000 anak Indonesia meninggal karena komplikasi yang diakibatkan campak. (kdedy@yahoo.com).
Angka kematian bayi di Indonesia menurut hasil sensus penduduk tahun 1990 masih cukup tinggi, yaitu 74 per 1000 kelahiran hidup. Hasil survei kesehatan Rumah tangga ( SKRT ) tahun 1986 dan 1992 menunjukkan bahwa penyebab utama kemtian bayi. (http://www.google.com, Diakses 29 September 2007).
Namun berdasarkan data 2002 – 2003 angka cakupan Imunisasi anak usia 12 13 bulan di Indonesia baru sebesar 52 %. Angka ini masih kecil dibandingkan di negara 80 % angka cakupan imunisasi lengkap yang ditargetkan oleh UCI (Universal Childhood Immunization).
(kdedy-c@ yahoo.com).

Indeks campak di Indonesia selama tahun 1992 – 1998 dari data rutin rumah sakit dan puskesmas untuk semua kelompok umur cenderung menurun dengan kelengkapan laporan rata-rata kurang lebih 60% dan rumah sakit 40%. Namun beberapa desa masih sering terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) campak. Dari sejumlah kasus tersebut pada umumnya > 70% balita (http://www.dr.suririnah//www.info ibu.com, 2007).
Di peroleh data dari Puskesmas Kenten di kelurahan Bukit Sangkal Palembang tahun 2007 pemberian Imunisasi BCG tercatat 685 bayi, Imunisasi DPT / HB1 tercatat 694 bayi, Imunisasi Polio 2 tercatat 712 bayi, Imunisasi Polio 3 tercatat 685 bayi, Imunisasi Campak tercatat 685 bayi, Imunisasi Hepatitis B tercatat 604 bayi dengan jumlah bayi 6849 bayi.
Dari data diatas tersebut dapat diperkirakan Imunisasi masih rendah dan masih banyak penyakit menular dan infeksi yang menyerang anak – anak. Ini karena ketidaktahuan ibu mengenai pemberian Imunisasi karena alasan inilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan ibu tentang Imunisasi pada bayi di Puskesmas Kenten Palembang tahun 2008.

1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas. Maka rumusan masalah yang dapat diangkat oleh penulis adalah belum diketahuinya pengetahuan ibu tentang Imunisasi pada bayi di Puskesmas Kenten Palembang tahun 2008.


1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang tahun 2008.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang pengertian imunisasi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang Tahun 2008.
2. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang tujuan imunisasi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang Tahun 2008.
3. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang jenis dan manfaat imunisasi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang Tahun 2008.
4. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang efek samping imunisasi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang tahun 2008.
5. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang waktu / vaksinasi pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang Tahun 2008.

1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Memberikan pengetahuan secara jelas tentang Imunisasi pada bayi yang meliputi definisi, tujuan Imunisasi, jenis dan manfaat imunisasi, efek samping Imunisasi dan waktu pemberian Imunisasi.

1.4.2 Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian tentang pengetahuan ibu terhadap imunisasi pada bayi, dapat mengurangi angka kesakitan pada bayi karena ketidaktahuan ibu tentang Imunisasi.

1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran suatu keadaan secara objektif (Notoatmojo, 2002).
1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini yaitu pengetahuan ibu terhadap imunisasi pada bayi, ditujukan pada ibu yang bayinya akan di Imunisasi di Puskesmas Kenten Palembang tahun 2008. Penelitian ini direncanakan pada bulan Juni 2008.
1.5.2 Populasi dan sampel
a. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan ibu yang bayinya akan di imunisasi di Puskesmas Kenten Palembang tahun 2008.
b. Sampel penelitian
Sampel diambil secara accidental sampling dari responden yang kebetulan ada selama penelitian berlangsung yaitu 30 responden.

1.5.3 Tehnik pengambilan sampel
Pengambilan sampel atau sampling pada penelitian dilakukan dengan cara non probality dengan metode perposire sampling yaitu suatu tehnik penempatan sample dengan cara memilih sample diantaranya populasi sesuai dengan yang dikehendaki penelitian sehingga dapat mewakili populasi yang telah dikenal sebelumnya ( Nursalam, 2003 ).
1.5.4 Informan
Penelitian informan di pilih sesuai dengan prinsip yang berlaku pada penelitian kuantitatif berdasarkan kesesuaian (appropriatiness) dan kecukupan (adequacy) (Hadi, 2000).
Kriteria informan adalah :
1. Ibu yang memiki bayi yang berusia 0 – 11 bulan
2. Tidak mengalami gangguan jiwa / sehat fisik dan mental
3. Bersedia menjadi informan dalam penelitian ( kooperatif)
Adapun sumber informan dalam penelitian ini adalah :
Dokter, bidan, perawat, yang bertugas di Puskesmas Kenten Palembang tahun 2008.
1.5.5 Cara pengumpulan data
Data sekunder, merupakan data yang dikumpulkan dari orang lain misalnya: keluarga atau orang terdekat pasien (Ali, 2002)


1.5.6 Tehink Analisa data
Data yang dianalisis dengan tabulasi pada tabel distribusi frekuensi yang dilakukan terhadap variabel hubungan antara pengetahuan ibu terhadap imunisasi pada bayi.
Cara Ukur = wawancara
Alat Ukur = Kuesioner
Skala Ukur = Ordinal
Hasil Ukur =
1. Baik Jika > 75% menjawab benar
2. Cukup Jika 60% - 75% menjawab benar
3. Kurang Jika <>
(Arikunto, 2002)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP

2.1 KONSEP DASAR

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting membentuk tindakan seseorang, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007 : 139).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat selalu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahasan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk melekatkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. (Notoadmodjo, 2003 : 140 - 142).

2.1.3 Faktor yang mempegaruhi pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan terbagi atas dua macam yaitu : Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dari diri seseorang yang berupa keinginan yang kuat untuk mengetahui sesuatu, sedangkan faktor - faktor eksternal adalah faktor yang didapat dari luar, yaitu : (1) media cetak, berupa leaflet, flip, chart, rubrik / tulisan – tulisan pada surat kabar / majalah, poster (2) media papan yang dipasang di tempat - tempat yang berisi pesan – pesan kesehatan (Notoatmojo, 2003)

2.2 Konsep Imunisasi

2.2.1 Imunisasi

Imunisasi adalah merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (A.Aziz Alumul Hidayat, 2005 :101).

Kekebalan manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu kekabalan pasif dan kekebalan aktif

a. Kekebalan Pasif

Kekebalan pasif terdiri atas dua klasifikasi, yaitu menurut terbentuknya dan menurut lokasi dalam tubuh.

1. Menurut terbentuknya

Ada dua kategori menurut klasifikasi yaitu kekebalan pasif bawaan (passive conegnital) dan pasif didapat.

- Kekebalan pasif didapat (passive ecquired immunity) didapat dari luar, misalnya, campak, tetanus, gigitan ular berbisa, rabies). Umumnya imunisasi berupa serum dan pemberian serum ini menimbulkan efek samping berupa reaksi optik, anafilaktik, dan alergi

- Kekebalan pasif bawaan

Kekebalan pasif bawaan ini terdapat pada neonatus sampai dengan bulan, yang didapat dari ibu berupa antibodi melalui vaskularisasi pada plasenta, misalnya difetri, tetanus, dan campak, antibodi tersebut dapat melindungi bayi dari penyakit tetanus sampai usia 12 bulan.

2. Menurut lokasi dalam tubuh

Menurut lokasinya, ada dua jenis imunisasi yaitu humoral dan seluler imunitas humoral (humoral imunity) terdapat imuno-globulin (19), yaitu lg 6, A, dan M. Sedangkan imunitas seluler terdiri atas fagisitosis oleh sel – sel sistem retikuloendoteial.

Pada dasarnya, imunitas seluler berhubungan dengan kemampuan sel tubuh untuk menolak benda asing dan dapat ditunjukkan dengan adanya alergi kulit terhadap benda asing.

b. Kekebalan aktif

Ada dua jenis kekebalan aktif yaitu kekebalan aktif didapat secara alami dan kekebalan yang disengaja dibuat

1. Kekebalan didapat secara alami (naturally acauired)

Misalnya anak yang terkena difteri atau polielitis dengan proses anak terkena infeksi kemudian terjadi siolent abortive, sembuh, selanjutnya kebal terhadap penyakit tersebut, jadi bila seorang menderita suatu penyakit, apabila sembuh, ia akan kebal terhadap penyakit tersebut.

2. Kekebalan yang sengaja dibuat

Kekebalan ini dikenal dengan imunisasi dasar ulangan (booster), berupa pemberian vaksin (misalnya, cacar dan polio) yang kumannya masih hidup, tetapi sudah dilemahkan, virus kolera, tipus, dan pertusis, toksoid (foksin). Vaksin tersebut akan berinteraksi dengan sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan respon imun. Hasil yang diperoleh akan sama dengan kekebalan seseorang yang mendapat penyakit tersebut secara alamiah.

(Yupi Supartini, 2004: 176-177)

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi kekebalan

Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan antara lain umur, sex, kehamilan, gizi dan trauma

1. Umur

Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita), dan orang tua lebih mudah terserang, karena pada usia sangat muda atau usia tua lebih rentan, kurang kebal terhadap penyakit–penyakit menular tertentu. Mungkin disebabkan karena kedua kelompok umur tersebut daya tahan tubuhnya rendah.

2. Sex

Untuk penyakit–penyakit menular tertetntu seperti polio dan diphteria lebih parah terjadi pada wanita dari pada pria.

3. Kehamilan

Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakit–penyakit menular tertentu misalnya penyakit polio, pnemonia, malaria serta amublasis.

4. Gizi

Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit–penyakit infeksi. Tetapi sebaliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit

5. Trauma

Stres salah satu bentuk trauma adalah merupakan penyebab seseorang terhadap suatu penyakit infeksi tertentu (Notoatmojo, 2003:28)

2.2.2 Tujuan Imunisasi

Untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit (http://www.infeksi.com/articel, 2005)

Vaksinasi adalah tindakan dengan sengaja memberikan paparan pada antigen dari suatu patogen, tidak menimbulkan sakit namun meproduksi liposit yang peka antibiotik sel memori meberikan kekebalan

Secara konvesional upaya pencegahan terhadap penyakit maupun cidera dan keracunan dapat dilakukan dalam 3 kategori :

- Pencegahan Primer adalah upaya untuk menghindari terjadinya sakit atau kejadian yang mengakibatkan seseorang sakit atau menderita cidera dan cacat. Memperhatikan gizi yang baik sanitasi lingkungan, pengamanan terhadap segala macam cedera dan keracunan serta imunisasi terhadap penyakit.

- Pencegahan sekunder adalah deteksi dini pada adanya suatu penyimpangan kesehatan seorang bayi atau anak sehingga intervensi dan pengobatan dapat dilakukan untuk koreksi secepatnya, yaitu tindakan pada seseorang yang telah menderita sakit sehingga memerlukan upaya penyembuhan agar tidak terjadi suatu bekas, sekuele, maupun cacat fisik atau mental.

- Pencegahan tersier adalah membatasi berlanjutnya suatu penyakit atau kecacatan dengan upaya agara dapat hidup mandiri. Seperti rehabilitasi medik (Ranuh dkk, 2001:2)

2.2.3 Jenis dan Manfaat Imunisasi

1. Imunisasi BCG

Vaksin BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit Tuberculosis atau lebih dikenal dengan istilah penyakit TBC. Penyakit TBC merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh jenis bakteri yang berbentuk batang yang disebut Mycobacterium Tuberculosis atau basil tahan asam (BTA) (Achmadi, 2006 : 52).

BCG merupakan imunisasi yang digunakan utuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk BCG yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC miller (pada seluruh lapangan paru) atau TBC tulang. Imunisasi ini merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan.

Penularan penyakit TBC dapat terjadi melalui droplet atau percikan air ludah penderita. Pemberian imunisasi BCG satu kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0 – 11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan, pemberian imunisasi BCG melalui intra dermal (Hidayat, 2005 : 103).

2. Imunisasi DPT (Depteri, pertusis, tetanus )

Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri corynebakterium Diftheriae. Mudah menular dan menyerang saluran nafas bagian atas dengan gejala : adanya demam yang tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, nyeri kepala, anoreksia (gejala tidak mau makan), dan lemah (Achmadi, 2006 : 57-58).

Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit ini adalah DPT pada anak dibawah satu tahun (imunisasi dasar) dan DT pada anak kelas I dan VI SD (Booster) (Yupi Supartini, 2004:178).

Penyakit pertusis atau yang dikenal dengan batuk rejan adalah penyakit infeksi saluran nafas yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis. Gejala awal adalah batu-batuk ringan pada siang hari, pilek, serak, anoreksia (tidak mau makan). Gejala penyakit ini sering menimbulkan komplikasi gangguan penyakit lainnya, pencegahan paling efektif dengan imunisasi bersama dengan tetanus dan difteri sebanyak 3 kali sejak bayi berumur 2 bulan.

Penyakit tetanus adalah penyakit menular yang tidak menular dari manusia ke manusia secara langsung. Penyebabnya adalah bakteri Clostridium Tetani. Gejala yang timbul : kesulitan membuka mulut, dinding otot-otot perut menjadi kaku, kejang otot wajah dengan alis tertarik keatas (Achmadi, 2006 : 61-63).

3. Imunisasi polio

Imunisasi polio memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Penyakit ini disebabkan oleh virus, menyebar melalui tinja / kotoran yang terinfeksi ( http/www.mediaindonesia.com).

Sesuai dengan namanya penyebab infeksi ini adalah virus polio tipe 1, 2 dan 3,yang menyerang mielin atau serabut otot, gejala awal tidak jelas, dapat timbul gejala demam ringan dan infeksi saluran nafas atas (ISPA). kemudian timbul gejala paralisis yang bersifat flaksit yang mengenai sekelompok serabut hingga timbul kelumpuhan. Kelumpuhan dapat terjadi pada anggota badan, saluran nafas, dan otot menelan. Penularan penyakit ini adalah melalui droplet atau fekal, dan reservoarnya adalah manusia yang menderita polio.

Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi dengan menggunakan vaksin polio (Yupi Supartini, 2004:179).

Vaksin polio ada 2 jenis yakni vaksin inactivated (IPV) dan vaksin polio oral (OPV) vaksin ini diberikan kepada bayi baru lahir 2,4,6,18 bulan dan 5 tahun (http://www.google.co.id)

4. Imunisasi campak

Penyakit ini dikenal dengan “hasba” dalam bahasa Arab maksudnya adalah erruption yakni pemunculan bintik-bintik kemerahan diseluruh badan. Dalam bahasa latin disebut Rubeola dan Morbilli dari kata Morbus artinya penyakit.

Penyakit campak secara klinik dikenal dengan tiga stadium atau tingkatan yaitu :

a. Stadium Katara

Biasanya berlangsung 4 – 5 hari, ditandai panas, malaise, batuk, fotofobia (takut terhadap suasana terang atau cahaya).

b. Erupsi

Batuk bertambah, timbul bintik-bintik dikulit

c. Konvalensi atau penyembuhan

Seperti penyakit virus lainnya, penyakit campak akan sembuh dengan sendirinya, mula-mula bintik hitam menghilang dan suhu badan menurun. Bila tidak terjadi komplikasi.

Penyakit campak timbul dengan gejala awal berupa demam, malaise atau lemah, kemerahan pada mata dan gejala radang tenggorokan saluran nafas bagian atas. Vaksin ini diberikan secara subkutan 0,5 ml pada umur 9 bulan dan diberikan sebagai vaksin tunggal (hanya campak) vaksin ini memberikan imunitas yang cukup lama hingga umur 8 – 10 tahun, namun setelah itu kekebalan akan menurun lagi, oleh sebab itu pada anak kelas 1 SD dapat diberikan vaksin campak ulang (Achmadi, 2006 : 90-92)

5. Imunisasi Hepatitis B

Hepatitis B adalah penyakit liver (hati) kronik hingga akut, selain itu juga dapat menyebabkan kanker dan pengerasan hati (serosis). Tidak ada obat yang spesifik untuk penyakit ini obat yang ada hanya meningkatkan kekebalan untuk mengurangi atau menghentikan perkembangan virus namun tidak menghabisinya.

Penularan melalui kulit, misalnya tukar-menukar jarum suntik, hubungan seksual antara orang sehat dan penderita. Vaksin hepatitis B diberikan secara intramuskular yaitu pada otot paha. Hepatiti B juga direkomendasikan untuk diberikan pada orang dewasa. Dengan 3 kali pemberian, vaksin hepatitis B dapat memberikan perlindungan sebesar 90% (Achmadi, 2006 : 98-100).

Untuk imunisasi ini diperlukan 3 suntikan dalam jangka waktu 6 bulan (Edward, 2004 : 199).

2.2.4 Manfaat Imunisasi

a. Untuk Anak

Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian.

b. Untuk Keluarga

Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

c. Untuk Negara

Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan perkembangan negara.

(http://suririnah//www.infoibu.com.2007)

2.2.5 Kontra indikasi Imunisasi

Kontra indikasi adalah keadaan pada bayi / anak yang dapat meningkatkan kemungkinan besar terjadianya efek samping yang serius apabila dilakukan imunisasi.

a. Vaksin BCG kontra indikasi

- Reaksi tuberkulin > smm

- Menderita HIV, resiko HIV radiasi, keganasan

- Menderita gizi buruk

- Demam tinggi

- Infeksi kulit yang luas

- Pernah sakit TBC

b. Vaksin DPT kontra indikasi

- Riwayat anafilaksi

- Ensepalopati sesudah pemberian vaksin pertusis sebelumnya

- Riwayat hiperpireksia

- Keadaan hipotonik – hiporesponik dalam 48 jam paska DPT

- kejang dalam 3 hari paska DPT

- Menangis terus – menerus selama 3 jam

c. Vaksin hepatitis B kontra indikasi

- Tidak ada kontar indikasi

- Reaksi anafilaksis terhadap ragi

d. Vaksin polio oral, kontra indikasi

- Muntah

- Diare

- Demam

- Pemakian kortikosteroid

- Keganasan

e. Vaksin campak kontar indikasi

- Demam tinggi

- Hamil

- Sedang dalam pengobatan imunosupresif

2.2.6 Efek Samping Pemberian Imunisasi

Membutuhkan bahwa vaksin betul – betul bekerja secara tepat, efek samping yang terjadi sebagai berikut :

a. BCG, Sekolah 2 – 6 minggu setelah imunisasi BCG dapat timbul bisul kecil ( papula) yang semakin membesar dan terjadi ubserasi selama 2 – 4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut.

b. DPT, kebanyakan bayi akan demam tinggi, rewel setelah mendapat imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dalam waktu 2 hari akan merasa nyeri, sakit, merah dan pembengkakan ditempat suntikan akan sembuh sendiri.

c. Polio / oral , jarang terjadi reaksi sesudah pemberian Imunisasi polio

d. Campak, reaksi yang dapat terjadi pasca vaskinasis campak berupa rasa tidak nyaman dibekas penyuntikan vaksin. Selain itu dapat terjadi gejala–gejala lain yang timbul 5 – 12 hari setelah penyuntikan yaitu demam tinggi atau erupsi kulit haus / tipis yang berlangsung kurang dari 48 jam

e. Hepatitis B reaksi yang dapat terjadi pasca Imunisasi pada hepatitis B jarang terjadi, tapi setelah imunisasi biasanya adapat timbul demam yang tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerah – merahan, pembengkakan, nyeri, rasa mual dan nyeri sendi (Ranuh dkk, 2002 : 31– 33)

2.2.7 Waktu Imunisasi / vaksinasi

Tabel. 2.1. jadwal imunsisasi dasar

No

Vaksinasi

Jadwal usia

Booster / ulangan

Untuk melawan

1

2

3

BCG

Hepatitis B

DPT dan Polio

waktu lahir

waktu lahir 1

1 bulan 2

6 bulan 3

3 bulan 1

4 bulan 2

5 bulan 3

9 bulan

-

1 tahun pada bayi yang lahir dari ibu dengan Hep B

18 bulan 1

6 tahun 2

12 tahun 3

-

Tuberkolosis

Hepatitis B

Dipteria, pertusis tetanus, dan

polio

campak

Sumber : Imunisasi, at http Dr. Suririnah //www.infoibu.com, 2007

Tabel 2.2

jadwal pemberian Imunisasi pada bayi menurut frekuensi selang waktu dan umur pemberian

No

Vaksin

Pemberian Imunisasi

Selang waktu pemberian

Umur pemberian

Keterangan

1

2

3

4

5

BCG

DPT

Polio

Campak

Hib

1 x

3 x

4 x

1 x

3 x

-

4 minggu

4 minggu

-

4 minggu

0 - 11 bulan

2 - 11 bulan

0 - 11 bulan

0 - 11 bulan

0 - 11 bulan

Untuk bayi lahir di RS / Puskesmas, hep B, BCG, dan polio dapat diberikan segera

Sumber : Yupi Supartini, 2004 : 181

2.3 Kerangka konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat keterkaitan antara variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti dalam menghubungkan penemuan dengan teori (Nursalam, 2003).

Kerangka konsep yang dibuat berdasarkan masalah yang akan dibahas yaitu pengetahuan ibu terhadap imunisasi pada bayi.

Dibawah ini skematis kerangka konsep pengetahuan ibu terhadap imunisasi dasar pada bayi

Gambar 2.3

Kerangka Konsep

- Pengetahuan imunisasi

- Tujuan imunisasi

- Jenis dan manfaat imunisasi

- Efek samping imunisasi

- Waktu pemberian imunisasi

Variabel Independen Variabel Dependent


2.4 Definisi Istilah

2.4.1 Variabel Independent

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting membentuk tindakan seseorang, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007 : 139).

2.4.2 Variabel Dependen

Imunisasi dasar adalah merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat,2005:1).




DAFTAR PUSTAKA

Achmadi Umar Fahmi Prof. 2006. Imunisasi. Kompas : Jakarta

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian.. Jakarta : Rineka Cipta

Hadi, Ela Nurlela. 2000. Pencegahan dan Penyakit Menular. Jakarta : FMUI

Hidayat, Azis Alimur.2005.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta : Salemba Medika.

http://www.google.com/infoibu.com.index.html.2007

http://www.google.com/infeksi.com/articel.2007

http://www.google.com/mediaindonesia.com.2007

http://www.google.com/suplemen.2007

http://www.google.co.id.2006

http://yahoo.com/kontrak.co.id.2008

Noto Atmojo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Rineka Cipta

Noto Atmojo, Soekidjo.2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya : Salemba Medika.

Prambudi. 2008. Kumpulan Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Palembang, Akademi Kebidanan Mitra Adiguna.

Ranuh,dkk. 2001. Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia

Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakart